Obesitas anak itu bukan cuma soal tampilan, tapi bisa berdampak ke kesehatan dan mental mereka. Artikel ini bahas penyebab, tanda-tanda, dan cara simpel buat bantu anak hidup lebih sehat—bareng keluarga, tanpa stres.
🎯 Manfaat Buat ZenPlus
✅ Tahu apa itu obesitas anak & cara ngukurnya
✅ Kenal penyebab yang sering kejadian di rumah
✅ Bisa lihat tanda-tanda sejak awal
✅ Paham risiko kesehatan jangka panjang
✅ Dapat tips ringan buat ubah pola makan anak
Bagi ZenPlus yang sudah menjadi orang tua, pernah kepikiran kalau anak yang gemuk berlebihan itu menggemaskan?
Hati-hati, bisa jadi itu bukan melulu soal penampilan. Obesitas pada anak dan remaja makin meningkat dan bisa membawa dampak serius kalau nggak ditangani sejak awal, lho.
Kenapa sih Orang Tua Perlu Mulai Waspada?
Tahu nggak ZenPlus dalam beberapa tahun terakhir, angka obesitas anak dan remaja di Indonesia itu terus naik. Berdasarkan data Riskesdas 2018, sekitar 1 dari 10 anak usia 5–12 tahun sudah masuk kategori obesitas. Untuk remaja usia 13–15 tahun, angkanya pun cukup tinggi, yaitu 8,3%.
Masalahnya, banyak nih orang tua masih menganggap anak yang gemuk itu “sehat”. Padahal, di balik pipi tembam dan tubuh montok itu, bisa saja tersimpan risiko seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, bahkan gangguan ginjal. Ngeri ya ZenPlus? Yuk kita bahas lebih jauh topik ini.
Apa Itu Obesitas pada Anak dan Remaja?

Sederhananya, obesitas adalah kondisi saat lemak tubuh menumpuk terlalu banyak hingga mengganggu kesehatan. Nah, pada anak-anak, pengukurannya beda samaorang dewasa.
Kalau pada orang dewasa kita pakai BMI (Body Mass Index), pada anak kita pakai BMI for age percentile, yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin mereka.
Menurut standar WHO:
- 85–94 persentil → Overweight
- 95 persentil ke atas → Obesitas
Kadang, anak terlihat aktif-aktif aja. Tapi kalau kadar lemak tubuhnya tinggi dan mulai menunjukkan tanda-tanda tertentu, itu bisa jadi sinyal awal yang perlu diperhatikan.
Kenapa Anak Bisa Kena Obesitas?
Nggak selalu karena makan kebanyakan, lho. Ada banyak faktor yang berperan, dan biasanya saling berhubungan. Beberapa penyebab yang sering terjadi di keseharian antara lain:
1. Makanan tinggi kalori, rendah gizi

Mie instan, sosis goreng, minuman manis—kalau jadi konsumsi harian tanpa pengawasan, bisa memicu penumpukan kalori yang nggak kebakar.
2. Terlalu lama di depan layar (screen time)

Main HP atau nonton YouTube berjam-jam bikin anak jadi kurang gerak. Kalori menumpuk, otot nggak aktif.
3. Gaya hidup keluarga

Anak cenderung meniru orang tua. Kalau di rumah terbiasa makan larut, jarang olahraga, atau sering ngemil junk food, anak akan tumbuh dengan kebiasaan yang sama.
4. Hadiah pakai makanan

“Kalau kamu rajin, Mama beliin es krim ya!” — kebiasaan seperti ini bisa bikin anak mengasosiasikan makanan manis dengan rasa senang atau hadiah.
5. Kurangnya edukasi gizi sejak kecil

Kalau anak nggak tahu pentingnya sayur dan buah, wajar kalau mereka selalu pilih yang digoreng atau manis-manis.
Ciri-Ciri Obesitas pada Anak yang Perlu Diperhatikan

Setiap anak memang punya bentuk tubuh yang berbeda. Tapi, ada beberapa tanda yang bisa jadi alarm dini:
- Lingkar perut makin besar, pipi bulat banget
- Leher tampak lebih gelap atau berlipat (acanthosis nigricans)
- Mudah capek waktu main atau olahraga
- Tidur sering mendengkur
- Haid datang terlalu cepat (untuk remaja perempuan)
- Anak jadi murung, lebih suka menyendiri, atau sensitif kalau dibahas soal tubuhnya
Yang penting: jangan menyalahkan atau mempermalukan anak. Fokuslah pada membangun kebiasaan baik dan menciptakan lingkungan yang mendukung.
Risiko Serius dari Obesitas Sejak Dini
Obesitas pada anak nggak bisa dianggap enteng. Kalau dibiarkan, bisa berkembang jadi berbagai masalah kesehatan:
- Diabetes tipe 2 yang muncul di usia sekolah
- Kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi
- Gangguan hormon, seperti pubertas dini atau PCOS
- Sleep apnea yang bikin anak tidur nggak nyenyak
- Nyeri sendi dan masalah tulang karena beban tubuh
- Masalah mental seperti rendah diri, kecemasan, atau depresi
Anak yang sering dibully atau merasa nggak diterima karena bentuk tubuhnya, bisa membawa luka psikologis hingga dewasa.
Dan jangan berharap anak “nanti juga kurus sendiri pas gede” — kenyataannya, obesitas anak cenderung berlanjut sampai dewasa kalau tidak ada perubahan gaya hidup.
Lalu, Harus Mulai dari Mana?
Kabar baiknya: solusi obesitas pada anak nggak harus ekstrim. Justru, pendekatan terbaik adalah yang dilakukan bersama keluarga dan menyenangkan. Ini beberapa langkah kecil yang bisa langsung dicoba:
1. Perbaiki pola makan di rumah

Anak nggak akan bisa makan sehat kalau di rumah pun menunya tinggi gula dan garam. Mulai dari meja makan keluarga dulu.
2. Libatkan anak dalam proses

Ajak mereka pilih buah di supermarket, bikin smoothies bareng, atau bikin salad sendiri. Anak yang merasa dilibatkan biasanya lebih antusias.
3. Batasi screen time, perbanyak aktivitas bareng

Jalan kaki sore, main bola, atau bahkan bantu masak di dapur bisa jadi aktivitas sehat sekaligus bonding time.
4. Jangan jadikan makanan sebagai hadiah
Ganti dengan reward yang lebih sehat—seperti waktu main bareng, pujian tulus, atau aktivitas favorit.
5. Konsultasi kalau perlu
Kalau anak sudah menunjukkan tanda-tanda obesitas atau gangguan emosional, jangan ragu konsultasi dengan ahli gizi atau psikolog.
DietPlus Siap Dampingi Anda dan Keluarga Menjalani Hidup Lebih Sehat
Di DietPlus, kami percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil di rumah. Kami menyediakan program makan sehat yang:
✔ Praktis dan cocok untuk anak-anak
✔ Disusun oleh ahli gizi yang berpengalaman
✔ Bisa bantu cegah dan tangani obesitas ringan hingga sedang
✔ Menunya enak, beragam, dan nggak bikin stres
💬 Yuk, mulai dari ngobrol dulu aja. Konsultasi GRATIS bareng tim gizi kami siap bantu Anda dan keluarga membentuk pola hidup yang lebih sehat—tanpa paksaan, tanpa drama.