Pola makan punya peran besar dalam menjaga autoimun supaya nggak gampang kambuh. Apa yang ZenPlus makan bisa menentukan apakah imun bekerja tenang atau justru makin reaktif.
Dengan memahami makanan yang membantu menurunkan inflamasi dan makanan pemicu flare, tubuh bisa jadi lebih stabil dari hari ke hari.
Artikel ini membantu ZenPlus mengenali pola makan yang lebih aman dan nyaman untuk kondisi autoimun.
Manfaat Membaca Artikel Ini
- Paham hubungan autoimun dan pola makan.
- Tahu makanan yang aman dan yang memicu flare.
- Lebih mudah mengatur pola makan anti-inflamasi sehari-hari.
- Bantu tubuh jadi lebih stabil dan nyaman.
Halo ZenPlus 👋
Punya kondisi autoimun yang sering kambuh memang nggak gampang. Ada hari ketika badan terasa oke, tapi tiba-tiba flare muncul lagi — nyeri, lelah, kulit bermasalah, atau pencernaan berantakan. Banyak yang akhirnya bingung sendiri, “Aku sudah minum obat, sudah istirahat… kok masih sering kumat, ya?”
Salah satu penyebabnya bisa jadi ada di pola makan.
Apa yang ZenPlus makan setiap hari menentukan seberapa “tenang” sistem imun bekerja. Dan ini sebenarnya pengaruhnya besar, lho. Untuk paham kenapa bisa begitu, kita lihat dulu cara kerja autoimun di dalam tubuh.
Memahami Autoimun: Kenapa Sistem Imun Bisa Salah Target?

Autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru membaca sinyal.
Harusnya imun melawan virus atau bakteri, tapi malah menyerang jaringan tubuh sendiri — entah itu tiroid, kulit, sendi, atau usus.
Ada beberapa hal yang bikin sistem imun lebih mudah salah baca, seperti:
- Faktor genetik
- Stres kronis
- Infeksi tertentu
- Gangguan hormon
- Pola tidur dan aktivitas
- Kualitas makanan
- Kondisi usus yang nggak optimal
Makanya flare bisa muncul mendadak walaupun kemarin rasanya baik-baik saja. Fluktuasi ini normal terjadi, tapi bukan berarti ZenPlus nggak bisa mengendalikannya. Salah satu cara paling berpengaruh adalah lewat makanan.
Jenis Autoimun yang Sering Dialami dan Gejalanya
Banyak ZenPlus yang baru sadar kalau keluhan sehari-hari seperti, capek berkepanjangan, sendi kaku, perut sensitif, atau ruam kulit — ternyata berkaitan dengan autoimun tertentu. Mengetahui jenisnya membantu kita memahami pemicunya.
1. Hashimoto dan Graves (Tiroid)

Dua kondisi ini menyerang tiroid, tapi arahnya beda. Hashimoto menurunkan fungsi tiroid, sedangkan Graves meningkatkannya.
Gejala yang sering muncul pada kondisi Hashimoto:
- Kelelahan berat yang nggak hilang meski tidur sudah cukup
- Rambut rontok banyak — sering terlihat menggumpal saat keramas atau menyisir
- Berat badan naik perlahan, padahal porsi makan normal
- Kulit sangat kering, kadang sampai pecah-pecah di siku atau tumit
- Rasa dingin berlebihan, misalnya orang lain nyaman tapi ZenPlus butuh jaket
- Gangguan pencernaan seperti sembelit
- Menstruasi bisa jadi lebih deras atau lebih lama
Sedangkan pada kondisi Graves biasanya ditandai dengan:
- Jantung berdebar, bahkan saat duduk santai
- Berat badan turun cepat, meski nafsu makan meningkat
- Tremor halus pada jari atau tangan
- Mudah gerah dan banyak berkeringat
- Gelisan dan sulit tidur, pikiran terasa “lari” terus
- Mata bisa tampak lebih menonjol pada sebagian penderita
- Frekuensi BAB jadi lebih sering
Penderita kondisi ini biasanya lebih sensitif terhadap gluten dan makanan pemicu inflamasi.
2. Rheumatoid Arthritis (RA)

RA menyerang sendi, membuatnya meradang dari dalam.
Gejala yang sering muncul:
- Sendi terasa kaku di pagi hari, biasanya lebih dari 30 menit
- Bengkak dan hangat saat disentuh
- Nyeri yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya
- Kelelahan intens yang muncul tiba-tiba
- Pegangan tangan melemah, misalnya sulit membuka botol atau memutar kunci
Makanan tinggi gula atau minyak berulang sering bikin kondisinya makin reaktif.
3. Lupus (SLE)

Lupus bisa menyerang kulit, sendi, ginjal, paru, hingga darah.
Tanda-tandanya meliputi:
- Kelelahan sangat berat, terasa seperti “habis energi”
- Nyeri sendi mirip RA, tapi sering disertai demam ringan
- Ruam khas berbentuk kupu-kupu di pipi dan hidung
- Sensitif terhadap matahari, kulit cepat memerah atau perih
- Rambut bisa menipis merata
- Kadang muncul nyeri dada saat bernapas dalam
Pemicu flare-nya sering berasal dari stres dan makanan tinggi inflamasi.
4. Inflammatory Bowel Disease (Crohn dan Ulcerative Colitis)

Kondisi ini menyerang usus dan membuat pencernaan gampang meradang.
Gejala yang sering dialami:
- Diare berulang, kadang bercampur lendir atau darah
- Nyeri perut menusuk, biasanya setelah makan
- Perut kembung ekstrem, terasa penuh atau panas
- Berat badan turun tanpa alasan
- Rasa ingin BAB mendesak tapi tidak tuntas
- Nafsu makan menurun drastisUntuk kondisi ini, pola makan berperan besar banget.
5. Psoriasis

Autoimun pada kulit yang ditandai plak kemerahan dan gatal. Psoriasis sering kambuh karena kombinasi makanan tinggi gula, alkohol, dan stres yang tidak terkelola.
Tanda-tandanya adalah:
- Muncul plak kemerahan yang ditutupi sisik putih tebal
- Kulit terasa gatal atau perih, terutama saat stres
- Area yang sering kena: kulit kepala, siku, lutut, pinggang
- Pada beberapa kasus, kuku menjadi menebal atau mudah pecah
6. Celiac Disease / Sensitivitas Gluten

Tubuh nggak cocok dengan gluten, sehingga usus meradang.
Gejala umum:
- Perut kembung hebat setelah makan makanan yang mengandung gluten.
- Diare atau BAB tidak stabil
- Rasa lelah terus-menerus, seperti brain fog (kepala terasa berat
- Berat badan naik/turun tanpa alasan
- Sering muncul ruam kulit mirip eksim
7. Alopecia Areata

Autoimun yang menyerang folikel rambut, menyebabkan rontok berpola.
Gejalanya:
- Kebotakan berpola bundar yang muncul tiba-tiba
- Kulit kepala terlihat halus tanpa rambut pada bagian yang rontok
- Alis atau janggut juga bisa ikut menipis
- Rambut bisa tumbuh lagi lalu rontok lagi saat stres meningkat
Walaupun jenisnya macam-macam, semuanya punya satu benang merah: inflamasi.
Dan di situlah pola makan punya pengaruh besar, lho.
Kenapa Pola Makan Punya Efek Besar pada Autoimun?
Ini bagian yang sering banget luput, ZenPlus.
Tahukah ZenPlus kalau sekitar 70–80% sel imun tinggalnya memang di usus?
Itu artinya, apa pun yang masuk ke usus — makanan, bahan tambahan, sampai cara kita makan — punya pengaruh langsung ke cara sistem imun bereaksi.
Saat usus meradang atau dinding ususnya renggang (usus bocor), partikel makanan yang belum tercerna, bakteri, atau toksin ringan bisa lewat ke aliran darah.
Tubuh kaget, mengira itu ancaman, lalu imun jadi lebih waspada dan mudah menyerang balik. Di sinilah flare autoimun sering mulai muncul.
Belum lagi kalau bakteri baik di usus (mikrobiota) sedang nggak seimbang. Mereka sebenarnya bertugas menenangkan imun, membantu pencernaan, sampai mendukung hormon.
Kalau koloninya berkurang atau kalah dari bakteri jahat, tubuh jadi lebih sering meradang tanpa sebab jelas.
Alhasil:
- Sistem imun jadi lebih sensitif,
- Responnya jadi berlebihan,
- Dan flare bisa muncul hanya dari makanan yang “nggak cocok” sedikit saja.
Inilah alasan kenapa pola makan, jenis makanan, dan kualitas bahan yang ZenPlus konsumsi itu punya pengaruh besar banget terhadap stabilnya kondisi autoimun dari hari ke hari.
Makanan yang Aman Untuk Penderita Autoimun

Berikut kelompok makanan yang secara umum aman dan mendukung tubuh penderita autoimun agar lebih stabil.
1. Sayur dan Buah Kaya Antioksidan
Mengandung serat dan fitonutrien yang membantu menurunkan inflamasi dan memperkuat pertahanan usus. Warna-warna terang pada sayur dan buah juga membantu menetralkan radikal bebas yang bikin imun gampang reaktif.
2. Protein Bersih
Sumber protein yang minim lemak jenuh membantu perbaikan jaringan, mendukung kekuatan otot, dan memberi nutrisi yang dibutuhkan tubuh saat mengalami peradangan atau flare. Penting untuk menjaga imun tetap stabil.
3. Lemak Sehat
Lemak baik dari alpukat, kacang, dan minyak zaitun membantu mengatur hormon, memberi energi stabil, dan menurunkan inflamasi rendah tingkat kronis yang sering memicu flare pada penderita autoimun.
4. Karbohidrat Kompleks
Sumber karbohidrat non-proses seperti ubi, nasi merah, dan oats GF dicerna lebih pelan, sehingga lebih ramah untuk usus dan nggak memicu respons imun berlebihan. Cocok untuk menjaga energi tetap stabil sepanjang hari.
5. Probiotik & Prebiotik
Keduanya membantu menyeimbangkan mikrobiota usus, yang sangat berperan dalam meredakan peradangan dan menenangkan sistem imun. Usus yang sehat biasanya bikin flare lebih jarang muncul.
6. Rempah Anti-Inflamasi
Kunyit, jahe, dan sereh mengandung senyawa aktif yang terbukti membantu meredakan peradangan dan menenangkan respon imun. Efeknya bisa terasa signifikan jika dikonsumsi rutin dalam jumlah wajar.
Makanan yang Sering Memicu Autoimun Kambuh

ZenPlus nggak harus menghindari semuanya sekaligus, tapi ini daftar yang paling sering bikin gejala muncul:
- Gluten
- Produk susu sapi
- Gula tambahan
- Gorengan & minyak rusak
- Aditif makanan (pewarna, pengawet, perisa)
- Alkohol & minuman manis
Coba perhatikan — ZenPlus mungkin sadar gejala muncul setelah makan salah satu makanan ini. Sering kejadian banget, kok.
Jalani Pola Makan Autoimun dengan Lebih Mudah bersama DietPlus
Menjalani pola makan autoimun itu kadang melelahkan. Belanja bahan, mikirin menu, masak yang aman, jaga bumbu — belum lagi waktu dan energi yang keburu habis duluan.
DietPlus hadir untuk mempermudah ZenPlus. Dengan menu dari bahan real food, tetap enak dan sehat, juga dirancang oleh ahli gizi bersertifikat
Tujuannya supaya ZenPlus bisa fokus pulih dan beraktivitas, tanpa harus pusing mikirin makanan setiap hari. Sehat, enak, praktis — itu yang kami jaga.
Klik tombol di bawah untuk konsultasi langsung dengan Ahli Gizi DietPlus. Gratis 😊
Referensi
- Fasano, A. (2020). Leaky Gut and Autoimmune Diseases: The Role of Intestinal Permeability. Journal of Pediatrics & Therapeutics.
- Rose, N. R. (2016). Predictors of Autoimmune Disease: Genetics, Environment, and Immunoregulation. Nature Reviews Immunology.
- Lerner, A., & Matthias, T. (2015). Dietary Factors in Autoimmune Diseases: The Influence of Gluten and Microbiota. Autoimmunity Reviews.
- De Luca, F., & Shoenfeld, Y. (2019). The Microbiome in Autoimmune Diseases. Clinical Reviews in Allergy & Immunology.
*Artikel ini bersifat edukasi umum dan tidak menggantikan konsultasi langsung dengan dokter atau tenaga kesehatan.








